Dengki atau hasud merupakan salah satu dari sifat yang dibenci oleh Allah SWT. Karena sifat ini mengotori kejernihan hati manusia. Orang-orang yang hatinya dipenuhi sifat dengki tidak dapat berfikir dengan jernih dan benar. Pikirannya selalu dipenuhi oleh prasangka buruk terhadap orang lain dan tipu muslihat yang kejam.
Manusia pendengki adalah manusia yang tidak pernah mensyukuri nikmat Allah, karena dirinya terlalu dibebani oleh kebencian akan nikmat yang diberikan Allah kepada orang lain, sehingga ia lupa akan nikmat yang Allah berika kepada dirinya sendiri.
Sifat dengki membuat orang sibuk mencari kesalahan orang lain, dan lupa untuk mengintropeksi diri sendiri. Seorang pendengki tidak bisa merasakan ketenangan dalam hidup, karena selalu menganggap kesuksesan orang lain sebagai ancaman dan penderitaan bagi dirinya. Padahal, setiap orang memiliki peluang yang sama untuk sukses dan berhasil.
Sebagai seorang muslim, kita harus berusaha mengikis habis rasa dengki dalam hati. Sebab, rasa dengki bisa menghabiskan amal kebaikan yang telah kita lakukan dengan susah payah, sebagaimana sabda Rasulullah saw. Dari Abu Huraira ra. Bahwa rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah oleh kalian sifat dengki, karena sesungguhnya sifat dengki itu dapat menghabiskan amal-amal kebaikan, sebagaimana api dapat menghabiskan kayu bakar.”
Jika demikian, bukankah kita merugi, jika usaha kita untuk melakukan ibadah dengan sungguh-sungguh harus hilang hanya karena sifat hasut yang bersarang didalam hati kita. Hanya orang-orang bodoh saja yang menukar amal ibadahnya dengan membenci kesuksesan orang lain.
Lalu bagaimana mengikis rasa dengki dalam hati kita? Untuk mengikis rasa dengki, kita harus memiliki keyakinan yang kuat akan kekuasaan Allah. Kita harus yakin, bahwa kesuksesan dan kesejahteraan manusia ditentukan oleh Allah swt. Bukan semata-mata hasil kerja kerasnya. Dengan keyakinan seperti ini, kita memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kekuasaan Allah atas segala makhluknya, termasuk terhadap nasib dan peruntungan kita.
Sifat dengki juga bisa kita kikis dengan berorientasi pada diri sendiri. Yang dimaksud disini bukan mengembangkan sifat egois dalam diri kita, tetapi lebih kepada intropeksi diri dan kemampuan memfokuskan diri. Misalnya, ketika melihat orang lain sukses, maka dalam benak kita jangan pernah berfikir bahwa dia harus gagal supaya saya sukses. Tetapi berpikirlah, saya harus sukses melebihi dia.
Maka yang menjadi ukuran kesuksesan kita adalah diri kita sendiri, sehingga kita tidak perlu mengorek-ngorek kesalahan orang lain, tetapi tetap berfokus untuk mengembangkan diri sendiri menjadi lebih baik dari orang lain.
Wallahu ‘Alam.