Kekhalifahan Ustman bin Affan



A. Pembentukan Majelis Syura dan Pelantikan Ustman

Diawal-awal masa Nabi menyerukan Islam, semenanjung Arab terbagi di antara kabilah-kabilah yang masing-masing berdiri sendiri, dengan penduduk yang selalu dalam konflik dan pertentangan. Sebagian besar daerah itu berada di bawah kekuasaan Persia atau pengaruh Rumawi. Sesudah Rasulullah wafat, setelah dua puluh tiga tahun kerasulannya, pengaruh Persia dan Rumawi di semenanjung Arab sudah menyusut. Kabilah-kabilah Arab mulai berbondong-bondong masuk ke dalam agama Islam. Tetapi tak lama kemudian mulai muncul gejala-gejala kemurtadan dan perpecahan di sebagian kabilah Arab.

Ketika Abu Bakar terpilih sebagai khalifah, ia memerangi orang-orang Arab yang murtad dari Islam sampai mereka kembali kepada Islam. Setelah itu kesatuan agama dan politik bisa kembali tertib. Ketika itulah Abu Bakar mulai merintis berdirinya kedaulatan Islam. Tetapi ajal tak dapt ditunda untuk menyelesaikan rencana yang sudah dimulainya itu. 

Sepeninggal Abu Bakar, Umar dibaiat menjadi khalifah berikutnya dan ia mulai meneruskan kebijakan Abu Bakar. Kedaulatan Islam di masa Umar membentang luas ke Tiongkok di Timur sampai ke seberang Barkah di Barat. Dari laut Kaspia di utara sampai ke Nubia di selatan, yang mencakup juga Persia, Irak, Syam dan Mesir. Dengan demikian, kedaulatan Arab telah merangkul bangsa-bangsa dengan segala unsur budayanya yang sangat beragam.

Setelah Umar terbunuh, di negeri Arab sendiri timbul suatu gejala yang agaknya tak akan terjadi kalau tidak karena berdirinya kedaulatan Islam. Sejak Umar ditikam oleh Abu lu’lu’ah kaum muslimin dicekam oleh rasa ketakutan, khawatir akan nasib mereka sendiri kelak. Terpikir oleh mereka siapa yang menggantikan Umar jika dengan takdir Allah dia meninggal. Beberapa orang kemudian membicarakan masalah ini kepada umar yang waktu itu sedang sakit, mereka meminta Umar untuk mencalonkan penggantinya kelak.

Pada mulanya Umar masih ragu, tetapi sesudah dikipirkan bahwa kalau dibiarkan persoalan pemilihan khalifah penggantinya akan menjadi penyebab perpecahan ummat dan keadaan akan menjadi kacau. Dalam peperangan melawan Persia dan Rumawi semua kabilah Arab sudah ikut serta dalam perang tersebut sehingga setiap kabilah mengaku dirinya sama dengan kaum Muhajirin dan Anshar, sehingga mereka berhak memilih khalifah. Bahkan di antara mereka ada yang mengaku berhak mencalonkan pimpinannya sebagai khalifah. Jika Umar tidak memberikan pendapat, pengakuan seperti itu akan sangat membahayakan kedaulatan yang beru ia ciptakan di tanah Arab.

Karenanya, Umar segera membentuk Majelis Syura yang terdiri dari dari enam orang dengan tugas memilih di antara mereka seorang khalifah sesudahnya. Adapun keenam orang tersebut Ustman bin Affan, Ali bin Abi Talib, Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, Abdur-Rahman bin Auf dan Sa’d bin Abi Waqqas. Setelah menyebut nama-nama mereka kemudian Uamr berkata: “Tak ada orang lebih berhak dalam hal ini daripada mereka itu; Rasulullah SAW. Wafat sudah merasa puas dengan mereka. Siapapun yang terpilih dialah khalifah sesudah saya”. 

Dari keenam orang yang dipilih oleh Umar sebagai anggota Majelis Syura tak seorangpun diantara mereka terdapat orang Anshar dari Madinah atau dari kabilah-kabilah Arab yang lain. Semua mereka dari kaum Muhajirin dan Kuraisy. Sungguhpun begitu dari pihak Anshar dan orang-orang Arab yang berdatangan ke Medinah sepulang menunaikan ibadah haji, tak seorang pun ada yang marah, memproters pemilihan Umar itu. Keadaan tetap demikian sampai akhirnya Umar meninggal dunia, sampai khalifah penggantinya dibaiat. Rasa puas pihak Anshar dan orang-orang Arab lainnya atas pilihan Umar terhadap keenam orang itu mengingatakan kita pada peristiwa Saqifah Banu Sa’idah setelah Nabi wafat dan jasadnya masih dirumah dan belum dikebumikan. 

Anggota Majelis Syura langsung mengadakan pertemuan begitu mereka ditunjuk. Tugas mereka sangatlah berat yaitu memilih dan menentukan salah seorang diantara mereka yang kelak menjadi khalifah sepeninggal Umar. Dalam proses musyawarah, diriwayatkan dari enam orang yang terpilih sebagai anggota Majelis Syura kemudian mengerucut menjadi tiga orang yaitu Abdur-Rahman bin Auf, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Talib. Kemudian Abdur-Rahman bin Auf mengudurkan diri dari pencalonan karena sadar bahwa Ustman dan Ali adalah calon utama yang harus bersaing. Akhirnya Majelis Syura hanya menyisahkan dua calon tersisa Ustman dan Ali.[1]

Abdur-Rahman bin Auf yang melepaskan pencalonannya, maka kemudian hak memilih salah seorang diantara Ustman ataukah Ali kini berada ditangannya. Dalam prosesnya kemudian Abdur-Rahman bin Auf akhirnya membaiat Ustman bersama orang-orang di dalam mesjid yang hadir pada waktu itu. 


B. Strategi Kepemimpinan Ustman bin Affan

Sesudah Utsman bin Affandi baiat sebagai khalifah, ia mulai mengatu siasat dan strategi kepemimpinannya. Dalam kebijakan politiknya, Utsman bin Affanmulanya mengikuti khalifah sebelumnya. Oleh karena itu, pada pauh pertama masa pemerintahanya, keputusan-keputusan yang dibuat merupakan kelanjutan darikebijakan sebelumnya. Namun pada paruhkedua Utsman mengubah gaya kepemimpinanya. Hal itu tampak dengan pegantian gubernur yang diangkat Umar bin Khattab. Akibatnya, timbul gejolak masyarakat karena penguasa baru menetapkan peraturan yang memberatkan mereka, terutama di Mesir. Selain Mesir, daerah yang bergejolak adalah Azerbaijan dan Armenia. Kesewenangan pimpinan bau ini telah menimbulkan pemberontakan penduduk setempat.[2]

Pada awalnya, kekuatan rakyat yang kecewa atas kebijakan Utsman dapat mengalahkan pasukan pemerintah. Namun, akhirnya mereka dapat ditundukan kembali. Azebaijan diamankan oleh tentara yang dipimpin Abdullah bin Suhail dan al-Walid bin Ukbah, sedangkan Armenia dikuasai kembali oleh panglima salman bin Rabi’ah. Di tinjau dari strategi kepemimpinannya, Utsman bin Affan tidak jauh berbeda dengan Umar bin Khattab. Yang menjadi perbedaan adalah pergantian berberapa gubernur sehingga menimbulkan beberapa gejolak dan di nilai lebih mementingkan hubungan kerabat dalam pengangkatannya. Meskipun demikian, strategi kepemimpinan Utsman bin Affan dalam melanjutkan penaklukan Asia Tengah telah memperluas wilayah kekuatan di Madinah. Pada masa akhir pemerintahannya, kekuasaan Utsman bin Affan membentang dari Tripoli dibarat sampai seluruh Asia Tengah di Timur dan dari Yaman diselatan sampai Armenia Utara, Azerbaijan, dan Turkistan Utara. 

Kelemahan Utsman adalah terlalu mengutamakan keluarganya dari Bani Umayyah. Misalnya, ia mengangkat beberapa orang dari Bani Umayyah menjadi gubernur dibeberapa wilayah. Sifatnya yang lemah lembut dan dermawan sering dimanfaatkan oleh anggota Bani Umayyah untuk mendapatkan keuangan. Ia kurang bisa bersikap tegas terhadap keluarganya.[3]


C. Ekspansi- Ekspansi yang Dilakukan Utsman bin Affan

1. Menumpas pendurhakaan dan pemberontakan yang terjadi di beberapa negeri yang telah masuk ke bawah kekuasaan Islam di zaman Umar.

Setelah Umar berpulang kerahmatullah ada daerah- daerah yang mendurhaka kepada pemerintah Islam. Pendurhakaan itu ditimbulkan oleh pendukung- pendukung pemerintahan yang lama atau dengan perkataan lain ada sementara pamong praja dari pemerintahan lama (pemerintahan sebelum daerah itu masuk ke bawah kekuasaan Islam) ingin hendak mengembalikan kekuasaannya.

Daerah- daerah yang mendurhaka itu terutama ialah Khurasan dan Iskandariah. 

Pemberontakan di Khurasan dicetuskan oleh pendukung- pendukung pemerintahan yang lama. Adapun pendukung kota Iskandariah, telah diserang kembali oleh bangsa Romawi. Dikirimnya ke sana tentara yang besar, di bawah pimpinan seorang panglima Armenia, bernama Manuel. 

Pemberontakan- pemberontakan ini dapat ditumpas oleh Utsman. Utsman mengirim ke Khurasan dan ke Iskandariah tentara yang besar jumlahnya dengan perlengkapan yang cukup. Balatentara ini dapat menghancurkan kaum pemberontak, serta dapat mengembalikan keamanan dan ketentraman dalam daerah tersebut.

2. Perluasan Islam

Perluasan Islam boleh dikatakan meliputi semua daerah yang telah dicapai balatentara Islam di masa Umar. Perluasan ini di masa Utsman telah bertambah dengan perluasan ke laut.

Di masa Utsman, negeri- negeri: Barqah, Tripoli Barat, dan sebagian selatan negeri Nubah telah masuk dalam wilayah Negara Islam. Kemudian negeri- negeri Armenia dan beberapa Thabaristan, bahkan kemajuan tentara Islam telah melampaui sungai Jihun (Amu Daria). Jadi daerah- daerah di negeri seberang sungai Jihun telah masuk wilayah Negara Islam. Negeri- negeri Balkh Harah, Kabul dan Ghaznah di Turkistan telah diduduki kaum Muslimin. 

Dengan mempergunakan angkatan laut yang dipimpin oleh Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan tahun 28 H, pulau Cyprus dapat pula dimasukkan ke dalam wilayah Islam.

Salah satu pertempuran yang terpenting di laut ialah pertempuran “Dzatis Sawari” yang berarti tiang kapal, karena dalam pertempuran tersebut menggunakan banyak kapal. Pertempuran ini terjadi pada tahun 31 H di Laut Tengah dekat kota Iskandariah, antara tentara Romawi di bawah pimpinan Kaisar Constatnine dengan balatentara Islam di bawah pimpinan Abdullah ibnu Abi Sarah, yang jadi gubernur di Mesir.


D. Rintisan – Rintisan Ustman[4]

1. Ustman adalah orang yang pertama kali memerintahkan Azan kedua Jumat

Ustman mengambil kebijakan ini ketika jumlah kaum muslimin sudah mulai banyak dan sudah beraktivitas di pasar – pasar dan berbagai pekerjaan lainnya.

Al Bukhari meriwayatkan dari ibnu abi dzib dari Az zuhri dari as saib ibnu Yazid yang mengatakan “ Azan di hari jumat pada zaman Rasulullah SAW ,Abu Bakar ,dan Umar semula di kumandangkan saat imam duduk di atas mimbar . kenudian pada masa Ustman , ketika umat islam bertambah banyak, di kumandangkan azab ketiga dari atas Azaura (sebuah tempat khusus yang berada di depan mesjid).

Abul Aziz al Majisyun meriwayatkan dari az Zuhri bahwa yang menambah azan ketiga shalat jumat adalah Ustman bin affan. Karena, saat itu umat Islam sudah semakin bertambah banyak. Lagi pula , Nabi Muhammad SAW hanya memiliki seorang muazzin. Azan shalat hari jumat iyu dilakukan ketika imam duduk di mimbar.

Dari Aqil di riwayatkan pula dari az Zuhri banwa azan kedua harijumat dicetuskan Ustman ketika umat islam kian bertambah banyak , dan dikumandangkan ketika imam duduk di mimbar.

2 . Ustman adalah khalifah yang pertama sekali gemetar saat berkhutbah.

Ketika di nobatkan sebagai khalifah , Ustman menyampaikan pidato, setelah menyampaian puja dan puji kepada Allah SWT, Ustman berkata ,”wahai sekalian manusia, orang yang baru pertama kali melakukan sesuatu itu, awalnya pasti merasa sulit. Sesungguhnya hari ini akan diikuti oleh hari – hari yang lain. Jika aku di beri umur panjang, aku akan sampaikan khutbah yang semestinya. Aku buakn termasuk orang yang pandai berkhutbah. Hanya Allah jualah yang akan menuntun kita.

3. Ustman adalah orang yang pertama kali menjabat khalifah saat ibunya masih hidup.

Ibnu al Atsir dan Ibnu Hajar menuturkan sejarah hidup ibunda Ustman. Ibunya ini meninggal pada masa kekhalifahan Ustman.

4. Ustman adalah orang yang pertama mendahulukan Khutbah sebelum shalat hari raya.

Seperti kita dahului bersama, pada hari raya, Rasulullah menyampaikan khutbah setelah pelaksanaan shalat id. Hal ini telah di tegaskan oleh banyak hadis dalam ash shahihaini dan kitab hadis lainnya. Diantara hadis – hadis itu adalah ;

Hadis Jabir ibn Abdillah ra yang menyebutkan bahwa Nabi SAW melaksanakan shalat id terlebih dahulu sebelum berkhutbah. (HR. Bukhari dan Muslim).

Ibnu Umar r.a juga meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW menyampaikan khutbah setelah pelaksanaan shalat pada hari raya. (HR. Bukhari).

Ibnu Abbas r.a juga menuturkan bahwa ia menghindari shalat hari raya bersama Rasulullah , Abu Bakar, Ustman r.a. mereka semuanya shalat terlebih dahulu sebelum khutbah. (HR. Bukhari dan Muslim)

5. Ustman adalah orang yang pertama melakukan shalat dengan rakaat sempurna di mina.

Qashar shalat saat dalam perjalanan jauh adalah salah satu ajaran Rasulullah SAW. Tetapi setelah Ustman menjadi khalifah beliau menggenapkan rakaat shalat di mina.

Riwayat berkenaan sebagai berikut ;

Abdullah Ibn Umar r.a berkata, “ Aku pernah shalat dua rakaat di mina bersama Nabi SAW , begitu juga ketika bersama Abu Bakar, Umar dan Ustman pada awal pemerintahannya . selanjutnya Ustman menggenapkan shalat empat rakaat dan tidak mengkasarnya.

Dalam hadis Aisyah yang di tuturkan az Zuhri dalam Urwah menyebutkan, bahwa Aisyah berkata,” shalat saat pertama di wajibkan adalah dua rakaat. Jumlah dua rakaat 

Ini kemudian di tetapkan untuk shalat dalam perjalanan. Sedangkan shalat ketika bermukim harus di lakukan secara sempurna,”

6. Ustman adalah orang yang pertama kali menyeragamkan Bacaan Al Qur’an.

Al Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Syihab az Zuhri dari anas ibn malik yang menuturkan bahwa Huzaifah ibn Yaman menghadap Ustman saat berperang menghadapi penduduk syam dalam penaklukan Armenia dan Azerbaijan bersama penduduk Irak.

Huzaifah menghadap Ustman untuk melaporkan perbedaan bacaan al-quran penduduk irak. Ia mengatakan , “wahai amirul mukminin! Perbaikilah umat ini sebelum terjadi perbedaan dalam membaca kitab allah seperti yang dialami orang yahudi dan nasrani”.

Utsman kemudian mengirim utusan kepada hafsah agar meminjam lembaran-lembaran bertuliskan ayat al-quran (shuhuf) untuk di salin. Utsman berjanji akan mengembalikannya jika penyalihan mushhaf sudah selesai di kerjakan. Hafsah lalu mengirimkan shuhuf yang disimpannya kepada utsman.

Setelah itu utsman memerintahkan zaid ibn Tsabit, Abdullah ibnu zubair,sa’id ibnu al-Ash,dan Abdurrahman ibn al-harist ibn hisyam untuk menyalinnya menjadi beberapa buah mushaf. Setelah itu,ia berpesan kepada penyalin mushaf yang berasal dari suku quraisyyang berjumlah 3 orang dengan mengatakn ,”bila kalian berbeda dengan zaid ibn tsabit dalam persoalan penulisan al-quran ,maka tulislah al-quran itu dengan dialek quraisy. Karena al-quran di turunkan dengan dialek mereka.”

Para penulis mushaf itu lantas melaksanakan pesan utsman dengan menyalin beberepa mushaf. Usai penyalinan ,utsman mengembalikan shuhuf kepada hafsah dan selanjutnya mengirim setiap hasil salinannya ke seluruh wilayah kekuasaan islam ,serta memerintahkan pembakaran-pembakaran mushaf-mushaf lainnaya.

Ibnu Hajar menuturkan bahwa armenia di taklukkan di masa pemerintahan utsman . yang menjadi pemimpin pasukan islam saat itu salman ibn rabi’ah al-bahili.ketika itu utsman menginstruksikan lepada penduduk syam dan irak untuk bergabung dalam pasukan ekpedisi penaklikan armenia.pasukan dari syam di pimpin oleh habib ibn maslamah al-fahri.huzaifah termasuk ledalam anggota pasukan itu.ia adala wali al-madain yang saat itu merupakan wilayah administrasi irak.

Azerbaijan terletak di sebuah barat armenia. Keduanya di taklukkan pada tahun yang sama.syam dan irak bersatu dalam penaklukan ini .peristiwa ini terjadi setelah satu tahun pemerintahan utsman berjalan.

Tepatnya pada akhir tahun 24 h dan awal tahun 25 h.para sejarawan menyebutkan bahwa armenia ditaklukkan pada tahun itu yang merupakan awal rezim walid ibn uqbah ibn abi mu’ith sebagai gubernur yang ditunjuk Ustman.


E. Akhir Kekhalifahan Ustman bin Affan

Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua periode, enam tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik dan enam tahun terakhir adalah merupakan masa pemerintahan yang buruk. Pada akhir pemerintahan Utsman, terjadi banyak konflik, seperti tuduhan nepotisme dan tuduhan pemborosan uang Negara.Tuduhan pemborosan uang Negara karena Utsman dianggap terlalu boros mengambil uang baitul maal untuk diberikan kepada kerabatnya, dan tuduhan nepotisme karena Utsman dianggap mengangkat pejabat-pejabat yang merupakan kerabatnya.Padahal tuduhan ini terbukti tidak benar karena tidak semuanya pejabat yang diangkat merupakan kerabatnya. Selain itu, meski kerabatnya sendiri, jika pejabat tersebut melakukan kesalahan, maka Utsman tidak segan-segan untuk menghukum dan memecatnya.

Sayangnya, tuduhan nepotisme itu terlalu kuat. Sehingga banyak yang beranggapan bahwa Utsman melakukan nepotisme. Hal ini diperkuat dengan adanya golongan Syiah, yaitu golongan yang sangat fanatik terhadap Ali dan berharap Ali yang menjadi khalifah, bukan Utsman. Fitnah yang terus melanda Utsman inilah yang memicu kekacauan dan akhirnya menyebabkan Utsman terbunuh di rumahnya setelah dimasuki oleh sekelompok orang yang berdemonstrasi di depan rumahnya. Setelah meninggalnya Utsman, Ali lalu ditunjuk menjadi penggantinya untuk mencegah kekacauan yang lebih lanjut. 


F. Terbunuhnya Khalifah Ustman bin Affan

Utsman bin Affan terbunuh di rumahnya sendiri pada saat penduduk mesir dan kuffah beranggapan bahwa Utsman telah melakukan nepotisme dan didukungnya golongan yang fanatik terhadap Ali bin Abi Thalib dan berharap Ali yang menjadi kholifah. Anggapan tersebut muncul dari seorang berdarah yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’, hingga akhirnya mereka pergi ke Madinah untuk meminta Utsaman memecat pejabat yang dianggap menyeleweng atau mengundurkan diri dari kekholifahan, tetapi permitaan itu ditolak oleh Utsman.

Penolakan tersebut mengakibatkan konflik yang sangat besar. Mereka mengepung rumah Utsman dan menyusup kedalam. Utsman yang saat itu sedang membaca Al-Qur’an dan berpuasa dibunuh oleh Hamron bin Sudan As Syaqy yang kemudian membuka pintu perpecahan antara kaum muslimin.



[1] Ali Ahmad as-Salus, Imamah dan Khilafah, (Jakarta: Gema Insani Press), 2001, hal.28 
[2] N. Abass, Khazanah Sejarah Kebudayaan Islam, (Surakarta:Tiga Serangkai), 2013, hal. 38. 
[3] Miftahul Ula, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakata:Kementrian Agama), 2014, hal. 78.
[4] Ibrahim al-Qurabi, Tarikh Khulafa, (Jakarta: Qishti Press), 2009, hal. 598

Seruan Mulia

About Seruan Mulia

situs web islami kini dan masa depan

Subscribe to this Blog via Email :