Gaul, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya hidup berteman dengan akrab. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin hidup sendiri. Mereka membutuhkan orang atau makhluk lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan manusia bermacam-macam. Ada yang bersifat fisik seperti makan minum dan ada yang non fisik seperti rasa aman, kasih sayang, ketenangan dan lain-lain. Untuk memenuhi berbagai kebutuhan itu, manusia membutuhkan teman yang tentu saja diperolehnya melalui pergaulan.
Masalahnya, teman seperti apa yang benar-benar baik sehingga pergaulan yang terjain sehat, dinamis dan islami. Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya yang berjudul Development Psychology (Psikologi pengembangan), membagi teman menjadi 3 golongan yaitu :
1. Rekan, yakni orang yang menjadi teman kita karena dia berada dalam lingkungan yang sama dengan kita
2. Teman bermain, yaitu individu yang terlibat dalam kegiatan yang menyenangkan bersama
3. Teman baik, yaitu seseorang yang dapat kita ajak bertukar pendapat, saling percaya dan saling memberi. Kelompok terakhir ini yang dalam istilah gaul disebut sohib alias teman dekat.
Sayangnya penggolongan diatas tidak menyertakan batasa-batasan khusus, tentang siapa dan kelompok apa yang pantas menjadi teman gaul kita. Hal ini berbeda dengan aturan yang tertulis dalam Al-Qur’an. Al-qur’an dengan tegas mengatur pedoman dan rambu-rambu orang yang tidak boleh alias terlarang dijadikan teman.
Allah SWT. Berfirman :
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَىٰ إِخْرَاجِكُمْ أَن تَوَلَّوْ هُمْ ۚ وَمَن يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Mumtahanah : 9)
Ayat diatas menunjukkan betapa besar perhatian Allah SWT pada kehidupan sosial hamba-Nya. Hal ini untuk menjaga agar umat islam senantiasa waspada. Sebab Syaitan sering menggunakan persahabatan sebagai senjata untuk menghancurkan Aqidah dan keimanan umat islam.
Karenanya, dalam berhubungan dengan orang lain dikenal dua istilah. Yaitu sahabat sejati dan musuh sejati. Sahabat sejati adalah orang yang selalu mengajak kita untuk mengerjakan yang ma’ruf dan meninggalkan yang mungkar. Sebaliknya musuh sejati mengajak untuk mengerjakan kemungkaran. Musuh sejati tidak selalu berarti lawan kita di mendan perang. Bahkan musuh sejati bisa jadi ada disekitar kehidupan kita. Makan bersama kita, ngobrol dan bermain bersama kita. Sehingga kadang manusia tertipu dan menganggap seseorang adalah teman sejatinya, padahal dia adalah musuh sejati yang bisa merusak kehidupan kita.
Sebelum terlambat, sebaiknya kita berpikir dan menelaah. Lebih lagi, dalam lingkunngan bagaimana kita bergaul dan siapa yang kita jadikan teman dekat kita. Jangan sampai orang yang kita anngap teman dekat, ternyata justru musuh sejati yang siap menikam aqidah dan iman kita.
Wallahu 'Alam.